MAKALAH
NUZULUL QUR’AN DAN PEMELIHARAANNYA
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : ‘Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : H. Nurul Haq, M.Ag
Disusun Oleh :
1. Siti Musyarofah : 2031112017
2. M.Imam Muhajir : 2031112011
3. Mahmud Al-Husain : 2031112023
JURUSAN USHULUDDIN TAFSIR HADIS
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PEKALONGAN
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Puji
dan syukur dengan hati dan pikiran yang tulus kami panjatkan ke hadirat Allah
SWT., karena berkat nikmat dan hidayah-Nya, makalah ini dapat kami selesaikan
dengan baik dan sesuai waktu yang telah ditatapkan.
Shalawat
dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Beserta keluarga dan
sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk tegaknya syi’ar
Islam, yang pengaruh dan manfaatnya hingga kini maih terasa.
Selanjutnya
makalah ini kami buat sebagai aplikasi untuk menunjang tugas mata kuliah Ulumul
Qur’an yang dibimbing oleh H.Nurul Haq, Lc, Mag.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan agar makalah selanjutnya dapat menjadi lebih baik lagi.
Akhir
kata, terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang membantu suksesnya
makalah ini, khususnya kepada dosen kami, Bapak H. Nurul Haq, Lc, M.ag. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
belakang.
‘Ulumul
Qur’an adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan dalam keilmuan keislaman yang
terkait dengan ke-al-Qur’an-an dari berbagai seginya. Sebabaimana diketahui
begitu al-qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw., al-Qur’an mendapat
perhatian yang demikian besar dari semua kalangan, Baik dari kaum muslimin sendiri
ataupun kaum Quraisy Mekkah yang masih ingkar dengan kehadiran al-Qur’an.
Al-Qur’an
diturunkan dalam bahasa arab. Oleh karena itu ada anggapan setiap orang yang
mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi al-Qur’an. Lebih lagi, ada orang merasa
telah dapat memahami dan menafsirkan al-Qur’an dengan bantuan terjemahnya,
sekalipun tidak mengerti bahasa arab. Padahal orang Arab sendiri Ubanyak yang
belum mengerti kandungan al-Qur’an.
Maka
dari itu, untuk mengetahui isi kandungan al-Qur’an ilmu yang mempelajari
bagaimana tata cara menafsiri al-Qur’an yaitu Ulumul Qur’an. Dan makalah ini kami buat sebabai salah satu
sarana untuk menghantarkan mengetahui kandungan isi al-Qur’an.
2.
RUMUSAN
MASALAH
Makalah ini mengidentifikasi masalah
sebagai berikut:
1. Apa
pengertian nuzulul Qur’an ?
2. Bagaimana
bukti sejarah tentang turunnya al-Qur’an secara bertahap ?
3. Bagaimana
pemeliharaan al-Qur’an pada masa Nabi, Abu Bakar, dan Utsman ibnu ‘Affan ?
3.
TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui
pengertian al-Qur’an.
2. Mengetahui
sejarah dan bukti turunnya al-Qur’an secara bertahap.
3. Mengetahui
masa-masa pemeliharaan al-Qur’an.
4.
METODE
PENULISAN
Adapun
beberapa metode yang kami lakukan dalam menyusun makalah ini diantaranya
sebagai berikut:
1. Pada
tahap pertama kami mengumpulkan dan membaca buku-buku sesuai dengan judul dan
tema.
2. Kemudian
kami susun data-data yang sekiranya penting untuk kami paparkan dalam makalah
ini.
3. Dari
data-data yang telah terkumpul, kami melakukan penyusunan melalui diskusi
tentang bagian-bagian yang telah kami sepakati sebagai objek kajian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Nuzulul al-Qur’an
Lafadz ‘Nuzul’ secara bahasa berarti ”menetap di satu
tempat” atau “turun dari tempat yang tinggi”. Kata kerjanya adalah “nazala
yang artinya “dia telah turun” atau “dia menjadi tetamu”. Pengertian
Nuzulul Qur’an secara
istilah adalah ”Peristiwa diturunkannya wahyu Allah SWT
(AL-Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril as
secara bertahap”.
Peristiwa Nuzul al-Qur’an terjadi
pada malam Jum’at, 17 Ramadhan, di Gua Hira tahun ke-41 dari kelahiran Nabi
Muhammad SAW[1].
Peristiwa tersebut dikisahkan dalam sebuah firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat:
185, yang artinya sebaga berikut: “Ramadhan yang padanya diturunkan al-Qur’an,
menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan yang menjelaskan
petunjuk dan menjelaskan perbedaan antara yang benar dan yang salah” (Surah
al-Baqarah, ayat 185)
Tahap
– tahap turunnya Al Qur’an[2]
Yang dimaksud dengan Tahap- tahap
turunnya Al-Qur’an” ialah tertib dari fase- fase disampaikan kitab Suci
Al-Qur’an, mulai dari sisi allah SWT hingga kepada nabi Muhammad SAW. Kitab
Suci ini tidak seperti Kitab-Kitab Suci sebelumnya. Sebab, Kitab Suci ini
kebanyakan diturunkan secara bertahap, sehingga betul -betul menunjukkan
kemu’jizatannya. Disamping itu, penyampaian Kitab Suci tersebut sangat luar
biasa, yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab sebelumnya.
Tahap-tahap diturunkannya Al-Qur’an
ada tiga fase atau tahapan, seperti yang akan dijelaskan berikut dengan dalil,
cara-cara turun, dan hikmahnya :
a.
Tahap
Pertama
Tahapan Pertama, Al-qur’an
diturunkan / ditempatkan ke Lauh Mahfudh. Lauh Mahfudh Yakni, suatu tempat
dimana manusia tidak bisa mengetahuinya secara pasti. Dalil yang mengisyaratkan bahwa
Al-qur’an itu ditempatkan di Lauh mahfudh itu ialah keterangan Firman Allah
SWT:
” Bahkan ( Yang didustakan mereka ) itu ialah
al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di lauh mahfudh.” ( QS. Al Buruj : 21 –
22 )
Tetapi
mengenai sejak kapan Al-quran ditempatkan di Lauh mahfudh, dan bagaimana
caranya adalah merupakan hal-hal ghaib tidak ada yang mampu mengetahuinya selain Allah SWT.
b. Tahapan Kedua
Tahapan
kedua, Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul izzah di Langit dunia. Jadi, setelah berada di Lauh Mahfudh,
Kitab Al-Qur’an itu turun ke Baitul Izzah di Langit Dunia atau Langit
terdekat dengan bumi ini. Banyak dalil yang menerangkan penurunan Al-Qur’an
tahapan kedua ini, baik dari ayat Al-Qur’an ataupun dari Hadits Nabi Muhammad
SAW, diantaranya sebagai berikut :
· Sesungguhnya Kami menurunkan-Nya ( Al-qur’an ) pada
suatu malam yang diberkahi. ( QS. Ad-Dukhon : 3 ).
· Sesungguhnya Kami telah menurunkan-Nya ( Al-qur’an )
pada malam kemuliaan. ( QS. Al-Qadri : 1 ).
· ”
( Beberapa hari itu ) ialah Bulan Ramadlan, bulan yang didalamnya diturunkan
permulaan ) Al-Qur’an ”. ( QS. Al-Baqarah : 185 ).
c.
Tahapan Ketiga
Tahapan Ketiga,
Al-Qur’an turun dari Baitul Izzah dilangit dunia langsung kepada Nabi Muhammad
SAW. Artinya, baik melalui perantaraan Malaikat Jibril, atau pun secara
langsung ke dalam hati sanubari Nabi Muhammad SAW, maupun dari balik tabir.
Dalilnya, ayat-ayat
Al-Qur’an dan Hadits-hadits Nabi, antara lain :
· ”
Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas.” (
QS. Al-Baqarah ; 99 ).
· ”Dia-lah
yang menurunkan Al-Qur’an kepadamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang
muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an, dan yang lain (ada ayat-ayat) yang
mutasyabbihat.” ( QS. Ali Imran :7 ).
· ”Ia
( Alquran ) itu dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin(Jibrl) ke dalam hatimu ( Muhammad
) agar kamu menjadi salah seorang diantara orang – orang yang memberi
peringatan .” ( QS.Asy – Syu’ara :193 – 194).
· ”Sesungguhnya
Al-Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah SAW seraya berkata: ” Wahai
Rasulullah, bagaimanakah wahyu itu datang kepadamu ? Maka Rasulullah SAW
bersabda: ” kadang-kadang datang kepadaku seperti gemurunnya bunyi lonceng, dan
itu paling berat bagiku. Maka begitu berhenti bunyi itu dariku, aku telah
mengusai apa yang sudah diucapkannya. Dan kadang-kadang malaikat menyamar
kepadaku sebagai laki-laki, lalu mengajak berbicara denganku. Maka aku kuasai
apa yang dikatakannya.” Aisyah lalu berkata: ” Saya pernah melihat beliau wahyu
pada hari yang sangat dingin, tetapi begitu selesai wahyu itu dari beliau, maka
bercucurlah keringat dipelipis beliau.” ( H.R. Al-Bukhari ).
Pengertian al-Qur’an
diturunkan dalam 7 huruf[3]
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah mempunyai
beberapa bahasa, mempunyai beberapa macam ejaan, mempunyai perlainan istilah
dan cara walaupun bahasa yang digunakan mereka adalah bahasa golongan Quraisy.
Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Quraisy yang dikagumi segenap bangsa Arab
yang bermacam-macam qabilahnya. Dan Al-Qur’an juga diturunkan dengan memakai
kalimat-kalimat bahasa yang selain dari bahasa Quraisy yang juga masyhur dalam
masysarakat Arab agar mudah bagi kabilah-kabilah[4]
itu membaca Al-Qur’an dan mengucapkannya. Bahasa Arab yang masyhur pada masa
itu ada tujuh macam.
Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh dialek bahasa Arab[5].
Akan tetapi yang selain dari lughot quraisy. Setelah Islam berdiri teguh,
bahasa Quraisy lah yang mendominasi bangsa Arab dan menjadi bahasa resmi bangsa
arab. Maka di waktu khalifah Utsman menyuruh menyalin shuhuf al-Qur’an ke dalam mushaf,
beliaupun menyuruh menyalin dan menulisnya dengan memakai bahasa Quraisy saja.
Beliau bertindak demikian, selain karena bahasa Quraisy itu telah mempengaruhi
segala dialek-dialek kabilah-kabilah Arab, juga karena untuk menghilangkan
perselisihan-perselisihan yang mungkin terjadi lantaran menyebut dan membaca
itu.
B. Bukti sejarah
tentang turunnya al-Qur’an secara bertahap
Al-Qur’an
adalah sumber tujuan paling utama dalam ajaran Islam. Allah swt menurunkannya
kepada nabi muhammad saw. Untuk disampaikan kepada umat manusia. Hakikat
diturunkannya al-qur’an adalah menjadi acuan moral secara universal bagi umat
manusia untuk memecahkan problem sosial yang timbul ditengah-tengah masyarakat.
Oleh karenanya, al-qur’an secara kategoris dan tematik, dihadirkan untuk
menjwab berbagai problem aktual yang dihadapi masyarakat sesuai dengan konteks
dan dinamika sejarahnya. Karena itu, masuk akal jika para mufasir sepakat bahwa
prosesi penurunan al-qur’an kemuka bumi dilakukan oleh Allah swt. Secara
berangsur-angsur(gradual), tidak sekaligus, dissesuaikan dengan kapasitas
intelektual dan konteks masalah yang dihadapi manusia. Graduasi penurunan
Al-qur’an menjukkan tingkat kearifan dan kebesaran Allah swt., sekaligus membuktikan
bahwa pewahyuan total pada satu waktu adalah sesuatu yang dikatakan mustahil,
karena bertentangan dengan fitrah manusia sebagai makhluk yang dho’if (lemah).
Hikmah Diturunkannya
Al-Qur’an Secara Bertahap
Al-Qur’an tidak diturunkan kepada Rasulullah SAW.
sekaligus satu kitab. Tetapi secara berangsur-angsur, surat-persurat dan
ayat-perayat. sebagaimana yang kita ketahui segala sesuatu yang Allah kehendaki
itu mengandung hikmah dan memiliki tujuan. Nah begitu juga dengan proses
turunnya Al-Qur’an secara bertahap. Diantara hikmah atau tujuannya adalah
sebagai berikut :
1) Untuk menguatkan hati Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT berfirman dalam surat al-furqon ayat 32
yang artinya :
“Berkatalah
orang-orang yang kafir : “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja?”; demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami
membacanya secara tartil (teratur dan benar)”.
Ayat
tadi menerangkan bahwa Allah memang sengaja menurunkan al-Qur’an secara berangsur-angsur.
Tidak turun langsung berbentuk satu kitab dengan tujuan untuk meneguhkan hati
Nabi Saw. Sebab dengan turunnya wahyu secara bertahap menurut peristiwa,
kondisi, dan situasi yang mengiringinya, tentu hal itu lebih sangat kuat
menancap dan sangat terkesan di hati sang penerima wahyu tersebut, yakni Nabi
Muhammad. Dengan begitu turunnya malaikat kepada beliau juga lebih sering, yang
tentunya akan membawa dampak psikologis kepada beliau; terbaharui semangatnya
dalam mengemban risalah dari sisi Allah. Beliau tentunya juga sangat bergembira
dengan kegembiraan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
2) Untuk menantang orang-orang kafir yang mengingkari
al-Qur’an
Allah
menantang orang-orang kafir untuk membuat satu surat saja yang sebanding
dengannya. Dan ternyata mereka tidak sanggup membuat satu surat saja yang
seperti al-Qur’an, apalagi membuat langsung satu kitab.
3) Supaya mudah dihafal dan dipahami
Dengan
turunnya al-Qur’an secara berangsur-angsur, sangatlah mudah bagi manusia untuk
menghafal serta memahami maknanya. Lebih-lebih bagi orang-orang yang buta huruf
seperti orang-orang arab pada saat itu; al-Qur’an turun secara berangsur-angsur
tentu sangat menolong mereka dalam menghafal serta memahami ayat-ayatnya.
Memang, ayat-ayat al-Qur’an begitu turun oleh para sahabat langsung dihafalkan
dengan baik, dipahami maknanya, lantas dipraktekkan langsung dalam kehidupan
sehari-hari. Itulah sebabnya Umar bin Khattab pernah berkata: “Pelajarilah
Al-Qur’an lima ayat-lima ayat. Karena Jibril biasa turun membawa Qur’an kepada
Nabi Shallahu ‘Alaihi wa Sallam lima ayat-lima ayat”. (Hadist Riwayat Baihaqi)
4) Supaya orang-orang mukmin antusias dalam menerima
Qur’an dan giat mengamalkannya
Kaum
muslimin waktu itu memang senantiasa menginginkan serta merindukan turunnya
ayat-ayat al-Qur’an. Apalagi pada saat ada peristiwa yang sangat menuntut
penyelesaian wahyu; seperti ayat-ayat mengenai kabar bohong yang disebarkan
oleh kaum munafik untuk memfitnah ummul mukminin Aisyah radiyallahu’anha, dan
ayat-ayat tentang li’an.
5) Mengiringi kejadian-kejadian di masyarakat dan
bertahap dalam menetapkan suatu hukum.
Al-Qur’an
turun secara berangsur-angsur,yakni dimulai dari masalah-masalah yang sangat
penting kemudian menyusul masalah-masalah yang penting. Nah, karena masalah
yang sangat pokok dalam Islam adalah masalah Iman, maka pertama kali yang
diprioritaskan oleh Al-Qur’an ialah tentang keimanan kepada Allah, malaikat,
iman kepada kitab-kitabnya, para rasulnya, iman kepada hari akhir, kebangkitan
dari kubur, surga dan neraka.
Setelah
akidah Islamiyah itu tumbuh dan mengakar di hati, baru Allah menurunkan
ayat-ayat yang memerintah berakhlak yang baik dan mencegah perbuatan keji dan
mungkar untuk membasmi kejahatan serta kerusakan sampai ke akarnya. Juga
ayat-ayat yang menerangkan halal haram pada makanan, minuman, harta benda,
kehormatan dan hukum syari’ah lainnya.
Begitulah
al-Qur’an diturunkan sesuai dengan kejadian-kejadian yang mengiringi perjalanan
jihad panjang kaum muslimin dalam memperjuangkan agama Allah di muka bumi. Dan
ayat-ayat itu tak henti-henti memotivasi mereka dalam perjuangan ini.
C. Pemeliharaan
Al-Qur’an
Sejarah
penulisan dan pemeliharaan secara umum pada dasarnya dibagi menjadi empat masa
; Pencatatan al-qur’an pada masa nabi, penghimpunannya di zaman Abu Bakar
as-syidiq, penulisan al-qur’an pada masa Utsman bin Affan dan pencetakan
al-qur’an pada abad ke-17 masehi.
1.
Pada
Masa Nabi
Pada
masa Nabi muhammad, al-qur’an sebenarnya telah ditulis , karena setiap nabi
mendapatkan al-qur’an dari malaikat jibril beliau menyuruh para sahabatnya
untuk menulisakan wahyu tersebut pada benda-benda yang bisa ditulis seperti
kulit binatang, tulang belulang, pelepah kurma, batu-batu putih yang tipis dan
lain sebagainya. Nabi mempunyai sekitar empat penulis wahyu. Pada saat itu
tulisan al-qur’an masih belum bertitik dan berharokat. Bentuk tulisannya (khot)
kufi yang masih kaku sebagaimana khot yang ada pada masa itu. Al-qur’an juga
belum berurutan ayat-ayat dan surat-suratnya, mengingat belum adanya kertas
pada saat itu dan masih sedikitnya benda-benda untuk menulis. Kendati demikian,
urutan surat dan ayat sudah banyak diketahui oleh para sahabat. Tidak
berurutannya ayat-ayat dan surat al-qur’an pada masa itu juga dikarenakan nabi
masih menanti bentuk final dari al-qur’an. Nabi sendiri tidak mengetahui kapan
terakhir al-qur’an diturunkan kepada beliau. Yang jelas, sebelum nabi wafat
seluruh al-qur’an telah ditulis.
2.
Pada
Masa Abu Bakar
Pada
masa Abu Bakar, Al-qur’an dikumpulkan dan ditulis kembali. Penyebabnya adalah
kekhawatiran sahabat umar krtika banyak sahabat yang mati syahid pada
peperangan yamamah, jika hal ini berlangsung, maka akan banyak a-qur’an yang
hilang dengan meninggalnya para sahabat. Akhirnya, sahabat umar mengusulkan
kepada sahabat abu bakar untuk menuliskan al-qur’an. Setelah berdiskusi cukup
alot, akhirnya abu bakar menyetujui usul tersebut dan memerintahkan kepada
sahabat Zaid bin Tsabit untuk menulis kembali ayat-ayat al-qur’an yang pernah
ia tulis pada masa nabi. Kemudian dikumpulkan ayat-ayat al-qur’an yang ditulis
di atas benda-benda pada masa nabi. Dan juga dikumpulkan dari hafalan para
sahabat dan tulisan al-qur’an pada mereka. Setelah selesai mengumpilkannya
barulah dinamakan “mushaf”. Meskipun demikian dalam mushaf tersebut masih belum
ada tanda baca, belum ada titik. Dan lain sebagainya. Inilah jasa terbesar dari
sahabat Abu bakar untuk islam.
3.
Pada
masa Utsman ibnu Affan
Ketika Utsman menjadi kholifah, Islam
telah tersebar secara luas sampai Syam (Syiria), Basyrah (irak),dan lain-lain.
Suatu saat Utsman mengerahkan bala tentara islam dari Wilayah syam dan irak
untuk menaklukan Armenia dan Azerbaijan. Ketika itu Hudzaifah ibn al-Yaman
mengabarkan kepada khalifah bahwa diantara penduduk syam dan irak telah terjadi
perselisihan diakibatkan perbedaan bacaan al-Qur’an. Lalu ia pun mengusulkan
kepada Utsman untuk menyalin al-Qur’an yang telah dihimpu Abu Bakar dan
memperbanyaknya untuk disebarkan kepada kaum muslimin agar tidak terjadi
perselisihan yang dapat merusak persatuan umat Islam.
Setelah mengecek kebenaran berita yang
disampaikan Hudzaifah, lalu Utsman meminta shuhuf yang ada ditangan Hafsah
untuk disalin dan diperbanyak. Kemudian Utsman membentuk panitia penyalin
Mushaf al-Qur’an yang diketuai Zaid bin tsabit dengan tiga anggaota yaitu:
Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-Ash dan abdurrahman bin al-Harits bin Hisyam.
Setelah tugas mereka selesai, maka
khalifah Utsman memerintahkan uhtuk mengirimkan mushaf yang telah digandakan itu
ke berbagai daerah Islam, dan memerintahkan untuk membakar selain mushaf
tersebut. Pembakaran tersebut bertujuan untuk mencegah terjadinya pertikaian
dikalangan umat Islam.
Adapun jumlah penggandaan mushaf utsman
terjadi perbedaan Ulama’. Ada yang mengatakan empat buah, dan dikirim ke
Kuffah, Bashrah, dan Syiria sedang yang satu dipegang oleh Utsam sendiri.
BAB
III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Pengertian
Nuzulul Qur’an secara istilah adalah Peristiwa diturunkannya wahyu Allah SWT
(AL-Qur’an) kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril AS
secara bertahap. Al-Qur’an diturunkannya melalui tiga fase atau tahapan.
Tahap pertama, Al-qur’an diturunkan / ditempatkan ke Lauh Mahfudh. Kedua
Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul
izzah di Langit dunia. Ketiga,
Al-Qur’an turun dari Baitul Izzah dilangit dunia langsung kepada Nabi Muhammad
SAW. Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa Quraisy.
2.
Hikmah Diturunkannya Al-Qur’an Secara Bertahap yaitu :
1) Untuk
menguatkan hati Nabi Muhammad SAW.
2) Untuk
menantang orang-orang kafir yang mengingkari al-Qur’an.
3) Supaya
mudah dihafal dan dipahami.
4) Supaya
orang-orang mukmin antusias dalam menerima al-Qur’an dan giat mengamalkannya.
5) Mengiringi
kejadian-kejadian di masyarakat dan bertahap dalam menetapkan suatu hukum.
3. Sejarah
penulisan dan pemeliharaan secara umum pada dasarnya dibagi menjadi empat masa
; Pencatatan al-qur’an pada masa nabi, penghimpunannya di zaman Abu Bakar
as-syidiq, penulisan al-qur’an pada masa Utsman bin Affan dan pencetakan
al-qur’an pada abad ke-17 masehi.
DAFTAR
PUSTAKA
[1]
Ibrahim al-Abyari,
[2] Ada tiga pendapat tentang cara turunnya
al-Qur’an yaitu: Pertama, al-Qur’an
diturunkan sekaligus ke langit dunia pada Lailatul
Qadar kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad secara bertahap. Kedua, AlQur’an diturunkan ke langit
dunia bagian perbagian, tidak sekaligus
pada tiap-tiap Lailatul qadar.
Ketiga, al-Qur’an pertama kali diturunkan pada lailatl qadar sekaligus dari Lauhul
mahfudz ke Baitul izzah kemudian
diturunkan sedikit demi sedikit sepanjang masa kenabian Muhammad saw.
[3] Nuzilal
Qur’anu ‘ala sab’atin ahrufin
[4]
Kabilah-Kabilah tersebut antara lain:Hudzail, Kinanah, Qais, Dabah, Tamim, Ar
Rabab, Quraisy dan Asad bin KHuzaimah
[5] Teuku M.
Hasbi ash-Shiddiqy, Sejarah dan pengantar
ILMU AL-QUR.AN dan TAFSIR, Semarang,: PT. PUSTAKA RIZKI PUTRA, 2009. h. 56
trims....
BalasHapustirma kasih sangat membantu bagus sekali
BalasHapus